Suamiku,
Benteng rumah kita
Suamiku, kepergiamu bagaikan mimpi buruk yg merubah hari
seninn itu menjadi kelam. Engkau yang telah menndampingiku selama 22 tahun dan
telah memberikanku keturunan 1 anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Sempat aki
berpikir Allah itu tidak adil kepadaku, mengapa saat anak masih angat butuh
bimbinganmu, Astagfirullahaladzim aku hanya inngin mengungkapkan perasaan
fitrahku tapi bukan bermaksud tidak ikhlas dengan kehendak-Mu.
Kehidupan bersamamu tidaklah selalu tertawa, bahkan tidak
jarang air mata mewarnai. Tetapi aku menerima itu semua adaah perjalanan hidup.
Selamat jalan suamiku tersayang, semoga Allah menerima
amal dan ibadahmu, mengampuni dosa-dosamu dan semoga kelak Allah mengumpulkan
kita di Surga-Nya Allah. Aamiin Yarobbal Alaamiin.
Cinta Pertamamu,
Ruminah.
Bapak sayang, apa kabar? Semoga bapak di negeri abadi
sana selalu tersenyum seperti senyum bapak saat meledek lina.
Atas nama cinta aku tulis catatan ini dari sekian banyak
cerita tentang ayah. Catatan ini adalah ulasan tentang rindu yg luar biasa dari
seorang anak kepada ayahnya.
Ayahku... saat terakhir kita bicara, saat kau meminta
maaf dengan aku, Si anak pemberontak ini, sejenak kemudian kau dijemput ajal.
Maafkan aku ayah yg tak bisa menahan tangis ini jika rindu ini datang, bukanlah
aku ingin memberatkanmu tapi begitu banyak yg hilang dari hidupku setelah ayah
pergi.
Ayah, ini tanggal 8 Maret bukan? Hari ini ayah ulang
tahun ke-50 tapi pas dengan hari ayah dilahirkan ini adalah 15 hari ayah
meninggalkanku, Ibuku dan Kedua Adikku dan tahun 2016 ini juga dimana tahun aku
tidak dapat memberikanmu doa panjang umur dihari lahir ayah ini.
Baru sekarang aku sadar aku serindu ini. Rindu pada
nasihatmu, ceritamu yg begitu kocak dan koreksian
mu jika aku bandel yg membuat aku
sangat kesal padamu. Dulu semuanya biasa saja, tak ada yg istimewa tapi
sekarang itulah yg membuat rindu ini begitu sesak.
Bapak... semoga Allah senantiasa melimpahkan cinta-Nya
melebihi cinta bapak yg mengisi lembar-lembar dihidup lina. Aamiin
Gadis tersayangmu,
Elina Sabad.
Bapak, sebutakanku untuk si ayah super duper tripel Hero
ini, Sesungguhnya aku sangat menangisi dirimu
namun
aku pendam agar engkau berangkat dengan tenang walau tak terucap aku sangat
kehilangan. Sebagian semangatku ada dalam dirimu.
Ayah.. aku berjanji akan selalu memberikanmu doa yang
telah kau ajarkan padaku, aku akan mencoba tak terhingga untuk amanah
terakhirmu. Tolonglah bimbinglah aku meskipun kau ditempat yg abadi. Semoga
Allah melapangkan kuburmu ayah dan semoga Allah mengizinkan Aku, Ibu, Teteh,
dan Andre berkumpul di tempat yg indah milik Allah. Aamiin.
Your Beloved Sons,
Condro Hari Irawan.
Bapak...
Sebuah
kata yang kuat dari seorang laki-laki pembela anak-anaknya. Sampai aku menulis
ini, masih tak menyangka rasanya atas kepergianmu. Terkadang aku membayangkan
kau kerja dan piket ayah.. hingga pagi tiba, ku anggap kau telah pergi
berangkat bekerja seperti pagi hari sebelum beberapa jam ajal menjemputmu.
Terimakasih ya Allah atas semua rasa
syukur kami yang telah dibesarkan dari seorang ayah nan keras juga bertanggung
jawab tinggi hingga nafasmu berhenti kau tak ingin meropotkanku, Kakak-kakaku
dan juga Ibuku.
Selamat jalan pejuangku, Allah tidak
memperbolehkanmu sakit yang begitu terlarut. Semoga kau ditempatkan ditempat
orang pilihan Allah. Aamiin Allahuma Aamiin
Sayangmu “Ndul”,
Andre Hari Irawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar